Mudik 2016



Mudik tahun ini sangat berkesan. Walaupun rute mudik tahun ini masih seperti biasanya, yaitu dari Jogja- Surabaya- Glenmore- Sumenep- Surabaya- Jogja. Tetapi ada yang berbeda di sumenep. Saat di sumenep, aku pergi ke pulau yang bernama Gili Labak. Aku pergi kesana dengan keluarga kecilku dan 4 orang dari keluarga besarku yaitu mas Ivan, mbak Ringgit, mas Fani dan mas Veros. Kami pergi ke pelabuhan. Sebelumnya kami sudah memesan kapal. Sampai di pelabuhan, kepal kami sudah menunggu. Tidak terlalu besar da tidak terlalu kecil, beratap, dan berwarna putih. Kami menaiki kapal, menyebrangi lautan selama 2 jam. Apa kalian bisa membayangkannya ?. 2 jam berada diatas kapal yang bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti akan terbalik. Dan kapal itu ada di atas lautan yang aku tidak tahu seberapa dalamnya.tetapi, semua penumpangnya diberi pelampung yang akan digunakan selama berlayar. Aku sampai bingung akan melakukan apa selama 2 jam tersebut. Dan akhirnya yang aku lakukan sangat banyak. Memotret pemandangan laut, langit, dan suasana didalam kapal, sesekali mengambil videonya. Aku juga mengobrol dan bercanda dengan keluargaku. Saat di tengah laut, aku melakukan hal yang konyol, yaitu membuat “pesan/surat dalam botol”. Jadi lebih detailnya, aku memasukkan pesan ke dalam botol kemasan Aqua yang sudah kosong, lalu aku melemparnya ke laut. Tetapi botol itu terjun ke laut dengan sendirinya. Aku masih belum ingin melempar botol itu, tetapi aku tidak sengaja menyenggolnya dengan kakiku, dan masih ditambah lagi dengan angin yang kencang dan ombak yang besar, akhirnya botol itu terjatuh ke laut. Dengan ombak besar yang mengarah ke pantai, aku yakin suatu saat ada yang menemukan suratku itu. Atau mungkin kalian yang akan menemukan surat itu. Tiba-tiba mas Veros berkata kalu sebentar lagi kami akan sampai. Dari kejauhan, aku melihat pulau yang sangat indah. Kalau dilihat dari jauh, seperti ada lapisan berwarna hajau, kuning keputih-putihan, dan biru. Setelah dilihat dari dekat, hijau itu adalah pohon-pohon rindang di atas Gili Labak. Kuning itu adalah pasir pantai yang menghampar luas dihiasi kerang-kerang kecil di pinggirnya. Dan warna biru itu, sudah jelas adalah air lautnya.Perjalanan 2 jam itu langsung terbayar ketika kami sampai di Gili Labak. Pantainya sangat indah dan airnya sangat jernih. Menjadi pemandangan yang sangat indah berpadu dengan indahnya langit cerah. Udaranya sangat sejuk, bercampur dengan udara pantai yang khas. Laut biru menjadi bersinar berkilauan terkena sinar matahari, seakan bertabur permata. Mas Fani memotret kami bergantian dengan berbagai gaya. Dan hasil fotonya sangat keren. Setelah berfoto, kami memilih gazebo untuk beristirahat. Sesaat kemudian, mas Veros datang membawa peralatan snorkling untuk kami semua. Tetapi, mama, papa dan mbak Ringgit tidak ikut snorkling dan memilih untuk tetap di gazebo. Aku, mas Andras, mas Fani, mas Veros dan mas Ivan snorkling bersama. Kata mas Veros, di laut ini terdapat ikan badut berwarna oranye dan putih, persis sekali dengan tokoh kartun “NEMO”. Tetapi, aku tidak melihatnya selama snorkling. Aku hanya menemukan ikan yang bentuknya seperti ikan NEMO tetapi berwarna hitam-putih. Tapi, ikan yang lain juga banyak, koralnya juga indah. Kami juga berfoto didalam air menggunakan kameranya mas Andras. Setelah itu, kami kembali ke gazebo dan memesan mie instan. Aku ke pinggir pantai dan mengumpulkan cangkang kerang. Saat pulang aku sudah mendapatkan 1 plastik cangkang kerang. Kami pulang dengan kapal yang sama dan waktu yang sama, 2 jam. Di kapal aku merasa lelah. Angin semilir sangat nikmat dan kapal yang bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti bayi yang kasurnya digoyangkan ke kiri dan ke kanan. Akhirnya aku merasa mengantuk dan akhirnya tertidur. Bangun-bangun, aku sudah sampai di pelabuhan. Kami pun pulang membawa kenangan dari Gili Labak. Keindahan Gili Labak, menginspirasiku untuk membuat sebuah puisi tentang perjalananku ke Gili Labak. Jadi setelah ini, tunggu puisiku ya !.

Komentar

Postingan Populer